Kamis, 01 Desember 2016

Asal Usul Tari Gandai

Asal Usul Tari Gandai
BERBAGAI cerita rakyat yang menjadi asal mula nama sebuah daerah juga dimiliki Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Konon, dahulu nama Malin Deman berasal dari nama seorang pemuda yang memiliki nama Ahli Deman. Ia menjalani kehidupan di Hulu Sungai Batang Muar Capo bersama seorang pembantunya, Slamek. Bagaimana kisah Malin Deman hingga bertemu seorang putri yang bernama Puti Bungsu dan asal usul Tari Gandai. Berikut cerita singkatnya.

DEMON FAJRI, Malin Deman.

Pada zaman dahulu, di Hulu Sungai Batang Muar Capo hidup seorang pemuda yang bernama Ahli Deman, ayahnya Datok Rajo Tuo dan Ibunya Siti Rajo Kayo. Pada suatu malam, Ahli Deman bermimpi didatangi oleh orang tuanya dan berkata ‘’Hai si Buyung Malin Deman, pergilah engkau ke Batang Air Muar Capo pada saat hari baik bulan Batuah waktu bulan purnama. Di situ ada Puti Bungsu turun dari langit hendak mandi,’’ saut Datok Rajo Tuo, yang diceritakan Tokoh Masyarakat Desa Talang Arah, Zahidin.
Pria kelahiran Talang Arah, 16 Juni 1968, kembali  menceritakan, Malin Deman belum juga mau pergi karena diliputi rasa keraguan yang mendalam, karena dia menganggap mimpi adalah bunga tidur. Namun, pada malam berikutnya Malin Deman kembali bermimpi persis sama seperti malam sebelumnya, dan pada malam ketiga pun mimpi itu muncul kembali. Akhirnya, Malin Deman tergerak hatinya untuk pergi ke Hulu Sungai Batang Air Muar Capo yang berada di Ipuh tengah. Batang Air Muar Capo terbagi tiga yaitu Ipuh Tengah, Ipuh Panjang dan Ipuh Ilau.
Malin Deman berangkat tidak sendirian, melainkan ditemani oleh pembantunya, Slamek. Pada sore Minggu malam Senin, ketika bulan purnama. Saat berjalan, Malin Deman menemukan sehelai rambut, ia berkata “Mek, saya mendapatkan sehelai rambut”. Rambut yang ditemukan cukup panjang, jika diukur dengan Meter maka panjangnya mencapai 7 Meter, sedangkan jika diukur dengan Hasta panjangnya mencapai 7 Hasta. Disinilah Malin Deman mulai bahagia sambil meneruskan perjalanannya. Tak lama kemudian, sebelum tiba di Hulu Sungai, Malin Deman menemukan gadis-gadis berparas cantik sedang mandi. Tapi, diantara beberapa gadis terdapat seorang gadis yang mandi terpisah dari yang lain.
‘’Malin Deman terus memandangi wajah wanita-wanita itu, yang tengah mandi. Namun, dia hanya tertaik pada satu wanita yang saat mandi terpisah dengan wanita-wanita lainnya,’’ kenang, suami dari Masrida Wati.
Dirinya kembali mengenang, apa yang sempat diceritakan orang tauanya, saat itu dalam pikiran Malin Deman, gadis yang mandi sendirian adalah si Puti Bungsu. Gadis itu mandi di bawah sebatang pohon yang bernama Kanidai. Malin Deman menyinggahkan perahunya di dekat sebuah batu berukuran besar, sekarang dikenal dengan Batu Malin Deman. Selanjutnya, Malin Deman berpura-pura memancing dan matanya tetap tertuju pada Puti Bungsu yang tengah asik mandi.
Tanpa sengaja, Malin Deman melihat baju milik Puti Bungsu yang berada di pinggir sungai. Malin Deman pun mulai mencari akal untuk mendapatkan baju itu. Timbul dalam pikiran malin Deman untuk mengambil baju dengan menggunakan Ilmu Pukam atau Ilmu Hitam yang dimilikinya. Setelah baju diperoleh, Malin Deman kembali lagi ke bawah pohon Kanidai dan berpura-pura memancing.
‘’Dia memikirkan, jika wanita yang mandi terpisah itu bisa menjadi pujaan hatinya,’’ lanjut orang tua dari Yanuar.
Sehabis mandi, Puti Bungsu kembali ke darat bersama saudaranya untuk mengganti pakaian. Tapi, Puti Bungsu kaget dan heran bajunya telah hilang, sedangkan baju milik saudaranya masih ada. Sambil menangis, Puti Bungsu mengadukan hal itu kepada saudaranya. “Itulah dik, kalau mandi hendaknya satu tempat, karena orang bumi banyak akalnya,” kata salah seorang saudaranya sembari terbang ke langit. Puti Bungsu pun tinggal sendiri.
Puti Bungsu berjalan sendiri, sambil mencari bajunya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang nenek, Puti Bungsu pun berkata ‘’Hai nenek, adakah melihat bajuku hanyut?’’. Nenek itupun menjawab ‘’Jangankan dapat, goyangpun tidak pancing ku ini,’’ cerita Bapak 4 orang anak ini, meniru ucapan Malin Deman.
Ia menambahkan, Puti Bungsu terus melanjutkan perjalanannya, di tengah perjalanan Puti Bungsu kembali bertemu seotang laki-laki berambut memutih bukan karena uban (sudah tua) tapi karena terkena bunga pohon Kanidai yang jatuh. ‘’Hai kakek tua, adakah melihat baju hanytu’’, sang kakek menjawab ‘’Hai Puti Bungsu berhentilah berjalan dan pergilah pulang, anak gadis tidak boleh berjalan sendirian’’ kata sang kakek yang tak lain adalah Malin Deman, jelas Jalal seolah meniru ucapan Malin Deman.
Puti Bungsu kembali menjawab ‘’Aku mau pulang kek, tapi aku tidak punya baju untuk pulang’’. Kakek pun bertanya ‘’Jadi sekarang kamu mau pulang?,’’. ‘’Iya, tapi aku takut,’’ jawab Puti Bungsu, tambah Kades Talang Arah ini.
Beberapa hari kemudian, Puti Bungsu diminta untuk menampilkan tari gandao oleh penduduk. Tak mau pikir panjang, Puti Bungsu langsung pergi ke belakang rumah untuk mempersiapkan gandai yang akan dilaksanakan saat malam hari. Ketika berada di belakang rumah, ia bertemu dengan tiga ekor elang. Puti Bungsu meminta pertolongan ketiga ekor elang mengajarkannya. Merasa belum puas, Puti Bungsu pergi ke pohon Cempaka yang tengah berbunga. Puti Bungsu berseru ‘’hai bunga, tolong temani saya untuk bergandai,’’. Permintaan Puti Bungsu dikabulkan, imbuh Zahidin mengingat sejarah tari gandai.
Ketika malam tiba, penduduk desa memanggil Puti Bungsu agar menampilkan gandai. Untuk meniru bunyi Elang, Malin Deman membuat Serunai dari Bambu Telang Perindu sepanjang tujuh ruas dan lidahnya adalah daun kelapa gading. Sedangkan untuk bunyi sayap, Salamek membuatkan alat yang terbuat dari kulit Kijang. Setelah semua alat siap, Puti Bungsu menampilkan Tari Gandai dengan judul Nenet dengan dibantu oleh Eluh dan Cempaka.
‘’Puti dan Malin Deman itu saling jatuh cinta dan pada akhirnya menikah,’’ sahut pria yang hobi mancing itu.
Saat tampil, penduduk senang dan gembira, wajah ketiganya (Puti Bungsu, Malin Deman dan Salamek) berseri dan sesekali bergerak seragam atau serentak. Malam kedua diteruskan lagi dan ternyata saudara-saudara Puti Bungsu yang berjumlah enam orang turun dari langit untuk menggantikannya menari dan bergandai. Puti Bungsu sangat bahagia, hatinya mendengar berita saudara-saudaranya akan turun. Dalam pesta pernikahan ini, Malin Deman memberikan pengumuman barang siapa yang ingin menyabung ayam, silakan datang. Hukuman bagi yang kalah, ayamnya dipotong dan membayar.
‘’Sejak itulah tari gandai mulai di kembangkan warga, hingga saat ini, yang mana dalam acara resepsi pernikahan biasanya selalu ditampilkan tari gandai,’’ tutup bapak yang suka berhomor ini.(***)

 Tersebutlah dahulu kala, pada zaman kerajaan kampung Sakti Rantau Batuah di daerah Muko-muko propinsi Bengkulu Utara. Di sebuah desa bernama Limo Koto, di sini hidup seorang ibu bersama anaknya Nibung, ia anak yang patuh dan rajin menolong orang tua atau sesamanya. Semenjak kecil ia telah ditinggal mati oleh ayahnya. Saat menginjak usia dewasa seperti anak lainnya, ibunya pun ingin melihat anaknya menikah, mempunyai istri dan cucu.
Suatu hari Nibung dipanggil ibunya. Ibunya menyuruh Nibung untuk mencari pendamping hidup. Ia hanya tertunduk dan mengangguk diam, sesaat kemudian ia lalu menjawab. Ia bukannya membantah kata-kata ibunya, namun ia tak kuasa meninggalkan ibu sendirian. Tapi ibunya sangat berharap supaya Nibung cepat-cepat menikah, karena ibunya benar-benar ingin melihat Nibung punya istri dan ingin menimang cucu. Walau terasa berat untuk meninggalkan ibunya apabila menikah nanti, tapi ia berusaha memenuhi permintaan ibunya tersebut.
Ketika Nibung berjalan di tepi payau kecil di tengah hutan tempat ia mencari kayu bakar, sambil memandangi keadaan sekelilingnya. Ia teringat akan pesan ibunya, ia baru sadar setelah mulai gelap, sehingga ia bergegas pulang ke rumah seperti biasa. Keesokan harinya Nibung masih mengumpulkan sisa kayu di dalam hutan yang belum selesai di hari sebelumnya. Ketika Nibung sedang asyik mengumpulkan kayu bakar, ia tersentak karena ia melihat sesosok gadis yang duduk sambil melempar batu, kumpulan tanah serta ranting-ranting kecil ke tengah payau. Langkah demi langkah kecil beserta detak jantung yang tidak stabil, dengan sedikit rasa takut dan penuh keraguan Nibung mendekati sosok gadis yang sedang termenung tersebut.
*Akhirnya walau diri masih dibalut dengan keraguan, Nibung memberanikan diri untuk menyapanya. Alangkah terkejutnya Nibung, pancaran diri gadis tersebut sungguh menakjubkan. Sehingga membuat diri Nibung sekejap terpana, ternyata dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik rupawan, dengan rambut lurus yang hitam panjang terurai, dengan bibir merah tipis berlesung pipih di tambah kulit putih halus bagaikan sutera, dan hidung sedikit mancung dengan pandangan mata yang sipit penuh dengan pesona ke ayuan.
Sapaan gadis tersebut membuat Nibung tersentak kaget dari lamunannya. Dengan rasa malu dan bimbang Nibung memberanikan diri untuk berkenalan, sampai akhirnya mereka semakin akrab dan Nibung berani mengantarkannya pulang. Ternyata gadis tersebut bernama Wulan Putri, anak kampung seberang yang jalan-jalan berkelana menikmati keindahan alam.
 Semenjak kejadian pertemuan pertama itu, Nibung merasa melalui hari-hari dan putaran dunia dengan penuh bahagia, wajahnya semakin cerah dan penuh semangat bagaikan telah menemukan tempat kehidupan baru yang lebih sempurna. Ia semakin giat dalam beribadah serta penampilannya sehari-hari selalu rapi. Hal itu membuat heran dan penuh tanda tanya bagi ibunya, karena tidak biasanya Nibung sebahagia atau bersikap seperti itu. Namun naluri seorang ibu selalu tahu tentang anaknya, bahwa Nibung sedang jatuh hati karena telah menemukan seorang gadis idamannya. Tapi siapa gerangan gadis yang bisa menabur benih kebahgiaan itu kepada Nibung, ibunya tidak tahu.
Setelah keduanya selesai makan, ibunya menanyakan perihal yang membuat perubahan kepada Nibung setelah beberapa hari tersebut.  Akhirnya Nibung menceritakan semua yang telah ia alami sampai bisa menemukan sampai jatuh cinta dengan seorang gadis cantik penyejuk hati yang bernama Wulan Putri kepada ibunya. Ibunya ikut serontak merasakan bahagia mendengarkan cerita dari anaknya itu, ia berharap Nibung bisa menaburkan cintanya serta bisa meraih cinta yang tulus dari gadis tersebut. Hari semakin hari, siang berganti malam, dan minggu berganti Nibung dan Wulan Putri lalui berjumpa untuk bergurau bersama. Akhirnya Nibung melontarkan isi hatinya yang selama ini ia pendam untuk Wulan Putri. Ternyata lontaran kata cinta yang keluar dari mulut Nibung tidak bertepuk sebelah tangan, diam-diam Wulan Putri juga telah jatuh hati kepada seorang pria yang bernama Nibung. Semakin hari Nibung semakin semangat mencari nafkah, karena ia tahu suatu saat nanti ia akan meminang kekasihnya itu, tentunya akan menjadi tulang punggung dalam mahligai rumah tangga.
Sederet bergulirnya waktu, bulan datang silih berganti. Tibalah saatnya hari bahagia dengan tekad serta niat yang tulus di hati Nibung untuk meminang kekasihnya yang bernama Wulan Putri. Tapi nasib berkata lain, kesuksesan itu tidak semudah membalik telapak tangan, pinangannya tidak segampang ungkapan cinta yang ia lontarkan sebelumnya, ternyata cinta suci itu memang penuh rintangan berbagai arus gelombang yang siap menerjang. Wulan Putri telah dijodohkan dengan pemuda lain yang melebihi segalanya disbanding Nibung. Namun Nibung tahu bahwa Wulan Putri sangat mencintainya, dalam suasana hati yang gundah gulana Nibung menyampaikan pesan agar Wulan Putri bisa menemuinya di pinggir payau tempat pertemuan mereka pertama kalinya. Di pinggir payau itu Nibung mengungkapkan kekecewaan serta harapan cintanya kepada Wulan Putri, dengan penuh tulus ia mengatakan bahwa payau tersebut akan menjadi saksi mata cintanya yang suci, cintanya tidak akan pernah luntur disiram hujan serta tidak akan kering diterpa kemarau seperti tidak keringnya air payau tersebut. Ternyata Wulan Putri juga merasakan hal yang sama, cintanya tidak akan pernah tumbang diterpa badai. Tapi ia tidak bisa menolak keinginan ayah beserta bundanya. Mereka diam membisu, bermenung dan merenung tanpa kata dengan hati yang kacau. Mereka saling menatap kebisuan bagaikan dunia kosong tanpa penghuni, akhirnya Nibung memeluk Wulan Putri erat-erat sambil meneteskan air mata kepiluan hati.
Selang waktu mereka tersentak oleh bisikan suara yang menggema dari tengah payau. Wahai Nibung, dengar dan yakinlah bahwa aku akan menolongmu dalam mewujudkan cintamu karena ketulusan hati dan ketakwaanmu pada yang Maha Kuasa, pulanglah kalian. Namun ingat, tetaplah selalu dalam ketakwaanmu dan nanti dirikanlah rumah kalian di pinggir payau ini. Sekejap suara bisikan itu menghilang, Nibung merasakan telah bermimpi, tapi ia sadar kalau ia telah mendapat anugerah dari yang Maha Kuasa. Akhirnya mereka pun segera pulang. Seiring berjalannya waktu tidak disangka ayah Wulan Putri akhirnya merestui hubungan Nibung dengan anaknya, karena dilain pihak pemuda yang dijodohkan kepada Wulan Putri ternyata mempunyai tingkah laku yang kurang baik.
Singkat cerita, direncanakanlah hari pernikahan Nibung dengan Wulan Putri. Pesta pernikahan mereka pun berlangsung dengan meriah. Sebulan setelah berlangsungnya pernikahan, Nibung mulai membangun rumahndi pinggir payau sesuai pesan dari suara bisikan yang ia dengar di pinggir payau sebelumnya. Setelah rumah itu selesai dibangun, mereka menapaki kehidupan dengan penuh tawa dan canda bahagia. Sembilan bulan telah berlalu, Kehidupan Wulan Putri mulai berat membawa beban, karena ia sedang hamil tua anak pertamanya. Betapa bahagianya hati kedua sejoli ini, karena tidak lama lagi mereka akan menjadi seorang ibu dan ayah bagi anak-anak mereka. Tidak lama berselang waktu hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Betapa riangnya hati Nibung karena istrinya melahirkan kembar lima, namun apa hendak dikata tuhan telah berencana lain dibalik kebahagiaan itu semua. Istri dan kelima anak kembarnya dijemput dengan pelan-pelan oleh Sang Pencipta. Hari itu bagaikan terasa kiamat, bumi bergoncang, terbelah dan langit jatuh berhamburan menerpa luar angkasa, petir menggelegar saling sambar-menyambar. Kebahagiaan yang dahulu kini telah berganti duka, keceriaan yang lama telah bertukar lara. Kini tangisan tidak bersuara menjelma, hanya air mata mengalir ke hati bagaikankan air hujan membasahi bumi, tidak terbendung lagi dari kesedihan yang diderita oleh Nibung.
Nibung tidak ingin larut dengan kesedihan yang berkepanjangan, sehingga ia berdo’a kepada Yang Maha Kuasa sambil melihat ke tengah payau. “Wahai Tuhan yang telah mengubah rasa bahagiaku dengan sedih yang menderita hati ini, jadikanlah payau ini menjadi danau seperti danaunya hatiku apabila aku teteskan air mata, agar rasa cintaku ini pada istri beserta anak-anakku tidak luput ditelan waktu, dengan anugerahmu.” Sekejap mata Nibung pun menghilang dan payau tersebut menjadi danau berpulau lima atau jika dilihat dari atas berbentuk bintang lima, yang menandakan kelima Putra-Putri Nibung dan Wulan Putri. Konon walau tidak banyak yang tahu apabila sepasang kekasih datang berwisata dan memohon dengan niat yang tulus, insyaallah hubungan tersebut akan di restui oleh kedua orang tua. Sekarang Danau Nibung, objek wisata yang terletak di Desa Ujung Pandang, Kecamatan Muko Muko Utara, Kabupaten Muko Muko, Provinsi Bengkulu ini, menjadi objek wisata andalan kabupaten setempat. Danau Nibung, lokasinya mudah dijangkau dan hanya berjarak 6 km dari Kota Muko Muko, ibu kota Kabupaten Muko Muko.
                                                              
                                                                                                 Sungai Rengas, 2010

 
 Mandi Angin waterfall locates in Air Berau Village, Pondok Suguh District Mukomuko regency. The hight of this waterfall is 120 meters to show beautiful scene. In waterfall surrounding area there are forest view, pure mountain water, fresh air. The neaest Village from waterfall is about 20 kms. If we need to go there by motorcycle and by foot about 3 kms. We must pass PT. DDP Plantation’s road and meet steep hill in the bank of dewa river. In There we need to prepare extra power and concentration.
Actually this place is a potential place for recration and tourist area. To develope this destination Mukomuko Regency Goverment must involve all components of society so that it can be become a favourit destination in Mukomuko.The Mukomuko Regency Goverment has effort promoting this destiantion through some evens and society activities.

Keakuan Pancasila

Keakuan Pancasila

Kesempurnaannya adalah keakuannya dan itu penting !
Orang mana yang tak kenal pancasila?
– Oh yah, perbatasan.
Orang mana yang tak hapal pancasila?
– Oh yah, calon hakim agung.
Orang mana yang tak mengamalkan pancasila?
– Oh yah, masih ada?
Masih ada? Di Indonesia masih ada yang mengamalkannya? Pertanyaan bodoh. iyalah bodoh, sesederhana ada lomba blog terkait pancasila aja udah nunjukin masih ada kok yang peduli dengannya,masih ada kok pergerakan untuknya. siapa? Kamu, dia, Mereka, kalian, kita ? siapa yang peduli? Hati siapa yang tahu dia ikut lomba blog kenapa? Kali aja cuman pengen dapet uangnya, atau numpang eksis, dan yah emang bener-bener peduli sama pancasila. At least, ketika dia mencoba menulis setidaknya dia mencoba untuk lebih dekat dengan pancasila “ one step closer”. Begitupun dengan saya one step closer to pancasila.
Saya cukup berpikir lama untuk membuat tulisan ini, apa yang harus saya katakan? apa yang harus saya sampaikan? apa yang saya katakan adalah harus benar? saya terus membolak-balikan mata saya, menatap seseorang dan berbicara padanya, seseorang yang berada dalam cermin, dan ini yang harus saya katakan.
Saya seorang mahasiswa, saya seorang warga negara Indonesia, saya tinggal di Indonesia, berkembang dan tumbuh di Indonesia dan lahirpun di Indonesia, adakah alasan saya untuk tidak mengenal negara saya sendiri?
Ada, keingintahuan saya. Seberapa besar rasa ingin tahu yang saya miliki untuk mempertanyakannya dan mencari jawaban seperti apa negara saya, seperti apa bangsa saya, apakah saya mencari tahu tentang hal itu? itu dia permasalahannya.
Rasa ingin tahu yang saya atau kita? mungkin, miliki di kepung habis oleh sesuatu yang lebih seksi dan belum pernah kita jamah,secara naluriah kita akan mencintai negara sendiri tapi secara manusiawi kita pasti mencintai budaya orang lain, lifestyle orang lain, produk orang lain, dan semuanya didapat dengan satu jalan lurus melewati celah yang dibentuk sangat apik dengan deretan huruf di keyboard menarikan jemari kita membentuk rangkaian kata yang kini sudah bisa dibaca “drama korea terbaru 2016”, satu klik dan BOM semua informasi ada dihadapan anda. apasih yang gak bisa kita dapat dari internet? internet bebas tak terbatas, itulah yang membuat saya menelusuri betapa uniknya Indonesia.
Walaupun saya harus memperlihatkan sisi gelap saya sebagai bangsa Indonesia, adalah menyukai drama korea daripada sinetron Indonesia pun lebih menyukai musik pop korea daripada musik pop indonesia. inilah kenyataannya, mereka telah berhasil meracuni otak saya untuk menyukai budaya mereka yang tidak pernah absen dalam setiap dramanya.”hey guys kalo lu  tau budaya Korea tuh kalah sama budaya kita, mereka cuma punya satu bahasa walaupun dibeberapa daerah memiliki dialek berbeda, coba Indonesia yang memiliki ratusan suku bangsa dan setiap daerahnya itu punya bahasa yang berbeda pun dengan dialek yang berbeda, kaya akan bahasakan negara kita, walaupun beraneka ragam bahasa yang kita miliki kita masih disatukan dengan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan lagi di Korea hanya terdapat satu baju adat yaitu hanbok coba Indonesia baju batik aja memiliki motif yang berbeda disetiap daerahnya belum lagi baju adat asal daerah masing-masing, tapi kita masih disatukan sama baju batik yang sekarang kita pakai setiap hari jumat. Gila gak sih mereka bisa nampilin budaya yang secuil itu dan menghipnotis berbagai negara disegala penjuru dunia. Gila gak sih Indonesia gak bisa nampilin itu? gila gak sih kita gak bisa buka mata “lihat seutuhnya Indonesia”. Gila gak sih kita?
jadi apa kata kuncinya? bahwa mencintai budaya sendiri tidak cukup dengan cinta satu malam, jika kita tidak tertarik mencari tahu budaya Indonesia sendiri, tolonglah sugguhkan acara yang menampilakan budaya Indonesia itu sendiri, mereka berhasil dan itu menarik perhatian, apa salahnya kita mencolong ilmu untuk menonjolkan budaya yang kita miliki bukan malah mencolong karya mereka. itu yang sekarang terjadi, menyedihkan. Atau kita harus meminta bantuan negara lain untuk mencolong budaya kita, dan setelah itu kita akan ramai-ramai mencintai budaya kita sendiri. itu lebih menyedihkan.
Suatu kewajaran dalam sebuah negara dimana ada warganya yang lebih mencintai budaya orang lain, yang menjadi perkaranya adalah siapa yang paling dominan? Orang yang mencintai budayanya sendiri atau orang yang mencintai budaya orang lain, atau justru kita membutuhkan orang lain untuk mencintai budaya sendiri?
yang kita butuhkan adalah KEAKUAN
Keakuan pancasila, terdengar seperti keegoisan seorang wanita atau kekuasaan seorang raja yang semena-mena?. Orang akan berpikir keakuan adalah sesuatu hal yang harus dimusnahkan, adalah sesuatu yang buruk untuk diri, adalah sesuatu yang harus dihindarkan.
tidak untuk pancasila, keakuan adalah dimana kita bangga terhadap jati diri negara kita sendiri, adalah tetap kuat walau diterpa ombak dari arus globalisasi, adalah mempertahankan keunikan yang kita miliki, adalah mempertahankan nilai yang kita junjung tinggi, adalah pancasila.
Pancasila, semua hal yang terkandung dalam pancasila adalah suatu kesempurnaan yang pernah diciptakan oleh akal manusia, manusia mana guys yang bisa berpikir sebijaksana itu? negara mana guys yang dalam pembukaan undang-undangnya memikirkan kesejahteraan negara lain, Indonesia doang yang bilang “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Gila negara mana coba yang memikirkan negara orang lain, Indonesia doang. Sayangnya kesempurnaan itulah yang kadang tidak diminati banyak orang pesimis di negara ini.
Bagaimana bisa kesempurnaannya membuatnya diacuhkan orang. Benar, di negara kita banyak orang pesimis, mereka melihat pancasila terlalu tinggi untuk digapai, mereka bilang pancasila terlalu egois dengan kesempurnaan nilai yang terkandung didalamnya, mereka kalah sebelum bertanding, mereka adalah kita?. Ibarat kata nilai pancasila adalah parameter kehidupan kita maka pancasila akan membuat hidup kita sempurna. seandainya keakuan  pancasila kita turunkan, maka turun pula derajat hidup kita. ibarat target yang musti kita tempuh, itulah pancasila. keakuan pancasila penting untuk mempertahankan keunikan negara kita.
Kita akan terus terombang-ambing ketika tidak ada yang bisa kita pegang, kita akan terus tertidas ketika kita tidak berani melawan. Kita akan terus terdzolimi ketika kita hanya diam. “lakukan apa yang bisa lu lakukan buat negara lu, lu gak perlu jadi anggota DPR buat bikin negara lu jadi lebih baik dengan segala kebijakan dan pasal yang lu buat, lu gak perlu jadi presiden buat bikin lu punya power dan pengaruh buat ngerubah negara ini, lu hanya perlu jadi diri lu beserta kekuatan lu. Lu mau jadi apa? Penulis? Sok tulislah cerita yang ngebuat Indonesia menjadi lebih baik, lu mau jadi sutradara? Sok buat film yang membuat Indonesia menjadi lebih baik, lu mau menjadi guru? Sok bikin anak didik lu menjadi penerus bangsa yang cinta akan budayanya.” semuanya didasarkan pada keakuan pancasila, gak perlu takut untuk menjadi berbeda, takutlah untuk menjadi sama seperti mereka. hal yang paling mengerikan adalah jika keakuan pancasila diturunkan maka  penyeragaman budaya pun akan terjadi di dunia. aku kamu sama = nothing special (tidak spesial)
Semuanya akan berjalan sejalan keakuan-Nya, kalau aku dan kamu menjadi kita. Walaupun terkadang saya merasa jahat dengan negara saya sendiri, gak tahu malu, hidup dimana, makan dari mana, ngejungjung negara mana, disharmoni dalam hati dan pikiran. At least saya mempunyai mimpi untuk Indonesia, merubahnya menjadi baik melalui karya, berpijak pada keakuan pancasila, mementingkan keunikan negara. Itu saya, kamu?